Batik Prosesi Siraman pada Adat Jawa

Batik pada Prosesi Siraman

Batik, bagi masyarakat Jawa bukan hanya sekadar sandangan yang setiap hari dipakai dalam keseharian, namun batik merupakan salah satu cara bagi orang Jawa dalam memaknai kehidupan setiap sendi kehidupan sebagai sebuah harapan. Dalam semua fase kehidupan, batik senantiasa dipakai oleh masyarakat Jawa, dimulai dari lahir hingga menemui ajal. Pada zaman dahulu, batik sebagai simbol status sosial seseorang. Motif-motif tertentu hanya boleh dikenakan oleh lingkungan istana dan terlarang untuk rakyat jelata. Namun ketika istana mengijinkan prosesi pernikahan adat dikenakan dalam pesta rakyat biasa, batik menjadi lebih fleksibel. Bahkan sekarang batik dipakai pada prosesi adat siraman.

Orang Jawa selalu memiliki cara sendiri untuk memaknai setiap fase yang dilakoninya. Seperti pada prosesi pernikahan, setiap harapan dan doa terwujud dalam kain batik yang dipakai oleh calon mempelai pengantin. Adapun prosesi pernikahan adat jawa gaya Surakarta diawali dengan acara siraman. Acara siraman diadakan dihari yang sama prosesi midodareni diadakan. Tujuan dari prosesi ini ialah mensucikan raga dan jiwa calon pengantin untuk menjelang kehidupan baru.

Setiap ubo rampe atau perlengkapan siraman mengandung filosofis masing-masing. Seperti pada saat menyiramkan air ke tubuh calon mempelai hanya boleh dilakukan oleh orangtua atau pinisepuh. Jumlah ada tujuh orang, jumlah ini melambangkan pertolongan. Pitu berarti bilangan tujuh difilosofikan sebagai pitulungan (pertolongan). Kain batik yang dipakai calon mempelai juga mengandung harapan tertentu. Motif-motif batik yang dipakai saat upacara siraman antara lain:

  1. Motif Grompol. Kain batik motif grompol dipakai oleh ibu dari calon mempelai perempuan. Grompol berarti berkumpul atau bersatu. Diharapkan dengan memakai motif ini berkumpulnya segala kebaikan seperti kelancaran rejeki, keturunan, serta kebahagiaan hidup.
  2. Motif Cakar. Motif cakar melambangkan agar setelah berumahtangga hingga keturunannya nanti dapat penghidupan yang baik dan hidup mandiri.
  3. Motif Nitik. Motif ini memiliki filosofi bijaksana. Orang yang memakainya diharapkan menjafi sosok yang bijaksana.
  4. Motif Naga Gini. Motif Naga Gini memiliki filosofi sang calon pengantin akan senantiasa mendapatkan kebarokahan.
  5. Motif Naga Sari. Motif ini mewakili harapan akan datangnya kesuburan dan kemakmuran.

Setiap prosesi adat jawa hasil tirakat dan renungan para leluhur sesungguhnya memiliki makna yang baik. Hanya saja karena alasan keprakstisan, masyarakat modern memilih untuk tidak menjalankan prosesi-prosesi tersebut. Tayangan pernikahan selebriti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina beberapa waktu yang lalu sebenarnya terdapat sisi positif juga. Minimal masyarakat tahu pernikahan adat jawa lengkap beserta filosofinya seperti halnya batik pada prosesi adat siraman. Apabila kamu ingin memesan batik untuk berbagai macam keperluan, kami batiksolo.id (08118605394) menawarkan berbagai macam batik yang bisa kamu pilih untuk keperluan batik kamu. sewa mobil jogja